Senin, 19 Desember 2011

Contoh Cerpen

Di Ujung Mimpi






Nuri tersentak kaget, amplop berwarna merah jambu. Terselip rapi, dibawah laci tempat duduknya. Dengan sedikit hati-hati, ia mengambilnya. Seraya memperhatikan dari mana asal pengirim si empu-nya surat. Nuri mengernyitkan dahinya, apa ga salah liat nichNihil nama pengirim..weleh-weleh!-Pikirnya kemudian.



Buat Sesosok Bidadari yang menghiasi setiap relung hatiku, Nurina DewiSedikit tersenyum aneh, gadis manis yang mempunyai dua lesung pipit dipipi putihnya itu , membaca tulisan yang diukir indah oleh seseorang. Sepucuk surat yang ia dapati saat dia memasuki kelasnya. Pagi yang membuat perasaannya aneh, bukannya kenapa-kenapa. Tapi, ini pasti lelucon yang gila”dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ataupun kutuan. Dia pun manyun sesaat. Sengaja, dia datang sedikit awal pagi ini karena kebetulan dia piket hari ini. Sekolahnya masih berhawa dingin, sepi dari penghuni sekolah. Sambil mengamati sekitarnya, ia pun memberanikan diri membuka surat merah jambu itu.



Nuri

Aku ingin mencintaimu seperti matahari yang tak pernah ingkar bersinar dipagi hari

Aku ingin mencintaimu seperti bintang yang menjadikan malammu indah



Gadis manis itu mengetuk-ngetuk giginya sedikit aneh, dimasukkannya kembali surat berwarna merah jambu itu ”Kaya ga ada kerjaan aja, ini pasti kerjaannya Haris, Dasar cowok gak tahu malu”katanya mencak-mencak didalam hati.



Haris adalah mantan pacarnya setahun yang lalu, mereka putus karena Haris diam-diam menyakiti hati Nurina dengan menduakan cintanya. Kini setelah 3 bulan berlalu, cowok berparas putih itu mulai mengejar-ngejar pacar yang telah dikhianatinya tersebut. Katanya, dia menyesal karena dia baru sadar kalau cinta sejatinya itu sebenarnya adalah Nurina. Janji pun mulai berbusa-busa, dari telepon basa-basi setiap hari, sampai sikapnya yang super perhatian dengan gadis berlesung pipit itu.



Digumpal-gumpalnya dengan kesal, amplop yang berisi surat merah jambu itu. Mulutnya mulai komat-kamit tidak karuan, menyebut kata-kata aneh sambil terus meremas-remas surat tersebut.



œPagi, Nuri Looh?, what happen atuhsuratnya kok digumpal-gumpal, ga sekalian dimakan aja, marah kok ama surat,hehe Tatang Suratang, sahabat gokilnya itu sudah nyengir kuda didepan meja Nurina. Nuri hanya cemberut, mendengar candaan Tatang, yang asli ga lucu sama sekali. Pikir Nuri dipagi berhawa embun itu.



œNich Katanya sambil mengulurkan surat yang kumal dari remasan tangannya.

Tatang pun memanjangkan lehernya untuk menjangkau surat tersebut. Sambil berpikir panjang, cowok berambut cepak dengan mata coklatnya ini hanya memamerkan giginya yang putih, cengiran model begini nich, yang paling ngebetein Nuri. Iih..?!



œ Penggemar baru nich, Non..cieeeudah dapat pengganti Haris rupanya Katanya masih tersenyum lebar. Nurina masih cemberut, pipi nya yang sehalus kapas itu ditembemkan, membuat Tatang gemas melihatnya. Kini senyum yang sedari tadi diperlebar oleh cowok itu, mulai dirapatkannya perlahan. Tatang pun hanya tersenyum tipis.



“Kenapa harus kesal?, ada orang yang mencintai kamu, bukankah itu kejutan yang indah. Dari pada tiap hari nangis mulu cuman mikirin si Haris bego itu..mending kamu terima aja, cinta cowok yang ngirimin kamu surat ini” katanya membulatkan matanya. Sembari mengacak rambut sahabatnya ini.

“Kejutan?, kamu kok telmi banget sich, Tang!—coba deh perhatiin, ini nich tulisannya Haris, tu anak emang ga bosen-bosennya dekatin aku lagi…padahal kamu tau sendiri khan, dia tertangkap basah jalan berdua ama Ratna, dan seenaknya aja dia bilang menyesal, dan mau minta kembali, dasar gak tau diri” Nurina masih menembebkan pipinya.





Tatang menggangguk pelan, Tidak mungkin kejadian itu dia lupakan. Kejadian yang membuat hatinya pun hancur, melihat gadis yang dua tahun ini selalu menghiasi hatinya; menangis tersedu-sedu, hampir tiap malam gadis itu menelponnya. Menceritakan segala isi hatinya, sambil menangis. Kisahnya pun selalu sama, Haris mencintai Ratna, dia membohongiku, dia sudah tidak mencintaiku lagi, aku tak ingin hidup lagi- Diapun terngiang kata-kata Nuri waktu itu. Pikiran Tatang melayang, mengingat kejadian tersebut. Hatinya pun terluka, rasanya hari itu juga ingin sekali ia membunuh yang namanya Haris. Anak yang pernah sekelas dengannya waktu dikelas dua.



Anak IPA yang terkenal playboy itu wajahnya memang tampan, hidungnya yang bagai gedung pencakar langit itu membuat pesonanya dikagumi gadis-gadis disekolahannya. Mereka merasa klepek-klepek jika dirayu cowok yang satu ini. Namun ia sayangkan, kenapa itu terjadi sama gadis yang sekaligus menjadi sahabatnya pun menyukai cowok brengsek itu. Hampir susah rasanya selama tiga bulan ini menghibur dara manis ini agar tak ada lagi airmata di pipinya yang manis itu.



“Tang???, kok malah ngelamun sih!” Ucap Nurina Lantang dengan tiba-tiba. Tatang terkesiap kaget, namun kemudian dia melebarkan senyumnya.

“Idich, kamu kok ge-r banget sih, Nur!, sapa tau aja…tu tulisan bukan tulisannya Haris. Tulisan cakar ayam ini, hampir sama dengan tulisan anak-anak cowok disekolahan kita, kok kamu malah nyangka ini tulisannya Haris” Nuripun nyengir mendengar perkataan sahabat gokilnya ini.

“Bukannya gitu, selama ini enggak ada cowok yang bersikap aneh alias PDKT sama aku, lagian cuman Haris yang bisa menulis sepuitis itu, aku yakin banget..apalagi ditambah dengan sikapnya akhir-akhir ini…”



Kata-kata Nuri membuat Tatang langsung duduk disamping bangku Nurina. Dia pun menghela napas panjang. Cowok hitam manis itu menoleh kearah sahabatnya itu.

“Nur, semisalnya kalo tulisan puitis itu dari aku, apakah kamu mau menerimaku, jadi kekasihmu…?”



Kata-kata manis itu hanya sampai diujung tenggorokannya. Malahan kata-kata yang keluar dari mulutnya, berbeda 180 derajat dari keinginannya.



“Nur, semisalnya itu emang dari Haris….apakah kamu masih mau menerimanya?” Kata-kata Tatang membuat Nurina menundukkan kepalanya perlahan, sepertinya gadis itu sedang berpikir. Tak lama, dia menonggakkan kepalanya dengan cepat. Tatangpun menggurungkan niatnya, untuk kembali menatap wajah gadis itu. Dia pasti masih mencintai Haris-kalimat itulah yang kini membuatnya nelangsa didalam hati.



” Enggak…aku benci sama dia!” Katanya sembari membuang surat kumal yang dari tadi tergeletak dimeja tempat duduknya.

Jawaban dari Nurina, entah…benar atau tidak, yang pasti kini hati Tatang sedang berlonjak-lonjak bagai ribuan ikan-ikan yang berlompat-lompat disamudera. Tatang tersenyum puas, dia kembali mengacak rambut dara manis itu dengan gemas.

“Gitu doong!” Sekarang dua sahabat itu mulai bergantian tertawa lepas, seraya satu-persatu tangan mereka bermain jitak-menjitak. Kini suasana kelas IPS3 mulai riuh dengan tawa-tawa dua sahabat itu. Mataharipun mulai terbangun dari tidurnya, bagai menyapa penghuni SMU Kusuma Bangsa dipagi hari tersebut.



Mata cokelat milik sesosok pemuda sedang mengamati dengan seksama seorang gadis yang sedang serius membaca sebuah Novel diruang kelas mereka, disaat guru-guru sedang rapat. Wajahnya yang sendu, membuat kerinduan yang dalam ingin memeluk gadis itu. Tapi, apalah daya kalau kerinduannya itu hanya sebatas mimpi. Bukannya dia pengecut, untuk menyatakan cintanya. Hanya saja, gadis manis itu dulu pernah berucap bahwa dia tidak akan pernah mencintai sahabatnya sendiri.



“Hmm…” Pemuda itu menghela napas panjang, seandainya Nurina bukan sahabatnya. Mungkin, dia bisa menyampaikannya. Namun, Ini bagai kartu mati yang telak telah terpampang diwajahnya. Sudah genap seminggu dari kejadian surat tersebut, dan gadis itu pun mungkin tak curiga kalau semisalnya surat merah jambu itu dialah yang mengirimkannya. Sebenarnya dia bukan orang yang bersifat puitis, tapi karena cintanya yang terdalam pada Nurina. Entah…kekuatan dari mana. Dia dapat merangkai kalimat-kalimat itu menjadi indah.



Mungkin, itu yang dinamakan cinta- katanya sedikit berguman pelan. Keberaniannya hanya sebatas tulisan, jika ia berucap. Dia pasti tau, apa jawabannya. Tak lama dia merenung, dia sedikit tebelalak. Melihat pemandangan yang membuat otak dan hatinya pecah berkeping-keping. Disana, terlihat bahwa Haris, mantan pacar gadis pujaan hatinya tersebut sedang duduk disamping gadis manis itu.



” Pergi dari sini! dan ambil surat konyolmu ini” Kata Nuri tiba-tiba sembari melempar surat kumal berwarna merah jambu itu kewajah pemuda berparas putih yang ada disampingnya. Haris hanya terdiam sesaat. Kemudian dia mengamati isi surat merah jambu itu. Satu-persatu kalimatnya pun dibaca dengan perlahan. Tak lama dia terkekeh tiba-tiba.



“Kamu bilang ini surat dariku?, bercanda kamu!, tulisan sejelek dan kalimat-kalimat yang basi begini mah bukan aku pengirimnya” Kata-kata Haris, membuat mata belo Nurina tak berkedip, karena sedikit kaget.

“Bukan kamu?, trus siapa?, yang nulis surat ini” katanya kembali menggambil surat merah jambu itu. Haris mengangkat bahunya, dia tersenyum mengejek.

“Ya mana kutahu, tapi sepertinya aku mengenal siapa yang menulis kalimat yang berisi rayuan kadarluwarsa ini…aku sudah curiga, dulu selama kita pacaran. Kamu memang sering selingkuh khan sama dia?” Kata-kata Haris membuat darah dibadan Nurina naik secara tiba-tiba sampai keubun-ubun kepalanya.

“Selingkuh?, dasar cowok rese…bukannya kamu yang selingkuh ama cewek lain, dan seenaknya mutusin aku…ingat ga?, atau kamu udah kena amnesia akut?” Nurina tiba-tiba berdiri sambil menyilangkan tangannya, suaranya yang keras membuat semua mata tertuju kearah gadis itu. Dan tidak terkecuali Tatang yang sedari tadi mengamati mereka.



“Jelas aku ingat, Nur..tapi itu kesalahanku, aku khilaf waktu itu. Tapi, aku jujur sama kamu, gak munafik seperti kamu saat ini!” Sahut Haris dengan nada yang meninggi.

“Apa maksudmu?” Nuri mulai binggung dibuatnya.

“Jangan pura-pura gak tau!, kamu munafik,Nur…aku ga nyangka, kukira selama ini kamu adalah malaikat, ternyata aku salah. Kamu lebih rendah dari itu…lebih rendah dari manusia mungkin….” PLAAAK!



Tiba-tiba saja tamparan keras tepat mengenai wajah cowok tampan itu. Sedikit tergopoh-gopoh dia menahan laju kerasnya tamparan tersebut. Tatang sudah berada diantara mereka. Matanya yang coklat bagai elang tertusuk tajam kearah pemuda yang sangat ia benci itu.



“Jaga omonganmu, Ris!. Sekali lagi kamu mencoba menyakiti Nuri, dengan tanganku sendiri, bakal kubunuh kau” Haris hanya nyengir sambil memusut pipinya yang merah akibat tamparan ‘kejutan’ itu.

“Ini buktinya, Nur. Kalau selama ini kamu selingkuh dengan Tatang!, dari ucapannya yang sok pahlawan, dan sikapnya ini menunjukkan kalau kalian sudah bercumbu berdua, ngaku deeh” Kalau saja tangan Nuri tidak secepat kilat memegang tangan Tatang. Mungkin Haris akan kembali mendapatkan tamparan dari sahabatnya itu.



Mata hitam Nuri mulai terlihat sembab, air mata pun mulai menggantung dipelupuk bola matanya. Wajahnya yang putih, terlihat merah. Sepertinya gadis itu mau menangis.



“Dia sahabatku, Ris. Dia lebih baik dari kamu; pergi dari sini, pergi dari kehidupanku. Aku menyesal pernah mengenalmu…pergiiiiii!” Air matanya pun tak bisa terbendung lagi. Diapun terduduk, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Teman-teman dikelasnya pun mulai berdekatan. Satu-persatu mereka mengusir pemuda itu dari kelas mereka.



Apalah daya, Haris pun dengan perasaan kesal, meninggalkan kelas IPS itu, sambil berguman pelan, ” Dasar cewek sentimentil…”



  Tatang masih menatap tajam kearah Haris, diapun mengacungkan jari tengahnya dengan marah. Tatang kini mengalihkan pandangannya kearah gadis yang duduk dibangku ujung dekat jendela kelasnya itu. Dia perlahan menatap sendu gadis itu. Kini dia sedang dikerubuti oleh teman-teman wanita yang sedang menenangkan tangisan gadis manis itu. Nur…tak akan kubiarkan Haris menyakitimu lagi-Tatang membenakkan hatinya.



Malam ini adalah malam perpisahan bagi anak-anak kelas 3 di SMU Kusuma Bangsa. Obor-obor bernuansa unik menghiasi jalanan menuju SMU mereka. Suasana pesta kebun dengan rerumputan hijau terbentang luas dilapangan bola basket dan bola Voli. Keindahan suasana malam itu, tidak membuat Tatang bisa tersenyum. Hatinya mulai berdegup kencang. Rencananya malam ini dia akan menyatakan perasaannya kepada Nurina, dan dia juga bakalan memberi tahu kalau sebenarnya dialah yang mengirimkan surat merah jambu itu.



Apapun jawaban dari gadis manis itu, tak akan mengubah perasaannya kepada Nurina, gadis berlesung pipit itu akan selalu menjadi bidadari dihatinya. Walaupun, gadis itu anti cinta terhadap sahabat. Dia tidak peduli, perasaannya ini tidak bersalah. Cinta bukanlah kesalahan, Nur-katanya dalam hati.



  Sekarang hampir larut malam, dan acara perpisahan itupun sudah hampir berakhir.



Tak terlihat sosok gadis yang ingin ditemuinya malam itu. Matanya mulai lelah, mungkin saja gadis itu tidak datang malam ini. Tatang pun langsung mengambil Handphone-nya. Diapun mencoba menghubungi gadis itu, tak lama terdengar suara serak diujung sana. Sepertinya bukan suara gadis yang ingin dihubunginya.



“Halo, bisa bicara dengan Nuri…” katanya sedikit perlahan.

Diseberang sana, tidak menjawab. Terdengar suara bising orang-orang dibelakangnya.

” Saya bicara dengan siapa ini?” Kata suara wanita yang bernada serak-serak basah itu. Pikir Tatang, itu adalah ibunya Nuri.

“Maaf, Tante…saya Tatang, teman baiknya Nuri, Nurinya ada Tante?”

” Oh, kamu Tang…emh Nuri…” katanya menggantung, perlahan terdengar isakan dari seberang sana.

” Ada apa tante?” Tatang mulai memasang telinganya, ingin mendengar kelanjutan kalimat ibu gadis yang dicintainya itu.

“Hiks…Nuri ada dirumah sakit, dia mengalami kecelakaan tadi sore,Tang; dia sempat koma …hiks barusan saja dia meninggal…hiks” Isakan dan kalimat dari ibunya Nuri bagaikan bom yang meluncur tepat dihati Tatang. Handphone yang sedari tadi dipegangnya, tiba-tiba terlepas. Matanya yang coklat tak berkedip mengingat kata-kata yang barusan saja didengarnya.



Meninggal?, Kata-kata itu mulai tergiang-giang ditelinganya. Tak terasa air mata mulai meluncur deras kesela-sela pipi dan hidungnya. Terdiam mematung, merasakan hawa dingin angin malam merasuk kehulu hatinya.



Nuri… Nurina Dewi jangan tinggalkan harapanku, jangan tinggalkan sahabat yang mencintaimu ini, ijinkan aku untuk malam ini saja menyatakan cintaku padamu, sekali ini saja, Nur…aku tak mau menemuimu diujung mimpiku, cukup cintaku yang berada disana…jangan kamu, Nur…jangan…





  Tatang memejamkan matanya dan terduduk lesu, pikirannya mulai bercampur aduk dimalam itu. Dia berharap, dia tak akan tertidur. Dia tak mau menemui gadis yang selama ini dicintainya berada dimimpinya. Apalagi berada diujung bunga tidurnya…



Yang kumau hanya ada dirimu

Yang kumau hanyalah kau milikku

Dan suatu hari kita kan bertemu

diujung mimpiku yang terhapus oleh waktu…

——-:+:——-


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar