Konser
Band asal Osaka, Jepang,
L’Arc~en~Ciel menunjukkan kematangan bermusik setelah berkarir lebih dari 20
tahun di Lapangan D, Senayan, Jakarta, Rabu(2 Mei) malam. Kerinduan penggemar
di Indonesia terbayar sudah, tetapi sepertinya tidak akan pernah lunas.
Konser di Arena terbuka itu
dimulai tepat pukul 20.00 ditandai dengan menyalanya lampu di panggung serta
suguhan animasi berbagai belahan dunia yg mereka singgahi dalam “World Tour
2012” nya. Penoton pun takjub dengan kemewahan piranti panggung mereka.
Sekitar 10.000 penonton yg
sudah sejak sore menanti di arena langsung berteriak mengacungkan tangan ke
udara. Beberapa lainnya mengayunkan Light
Stick yg menyala dengan berbagai warna yg berbeda. Rangkaian animasi
pembuka di layar tengah LED utama di
belakang panggung yg lebarnya sama dengan panggung, sekitar 16 meter,
diperlihatkan dengan gambar tonjokan sang Vokalis Hyde ke arah penonton seolah memecah kaca layar.
Lagu pembuka bertempo sedang
“Ibara No Namida” pun dimainkan,
sementara paduan suara penonton dimulai mengiringi lagu tersebut. Hyde, Ken (Gitar), Tetsuya
(Bass), dan Yukihiro (Drum) belum
lagi menyapa penonton. Pertunjukan pun semakin meriah pada lagu ketiga bertempo
cepat “Good Luck My Way”.
Hyde
“Hello Jakarta!” sapa Hyde kepada penonton sambil lalu melempar ciuman tangannya kepada penonton. Penggemar yg seolah mendapat kecupan jauh itu pun Histeris. Dalam bahasa Indonesia terpatah-patah, Hyde melanjutkan, “Kalian senang bertemu aku? Aku?” sambil menunjuk dirinya sendiri lalu melanjutkan, “Aku juga..”. Penonton pun senang dan Hyde melanjutkan, “selamat menikmati.. Are you Ready?” dan lagu keempat “Honey” pun dinyanyikan diiringi dengan suara penonton bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.
Aksi berbahasa indonesia pun
berlanjut antar personel bergantian kecuali Yukihiro
yg tetap anteng di balik Drumnya. Dan yg paling menghibur adalah Ken dengan berdialog Lu-gua, tapi sambil
membaca contekan di secarik kertas. “kemarin gua ke Pasar Raya beli oleh-oleh
buat Hyde lho.” Dan lalu melanjutkan, “gua kemarin lusa foto-foto di Kota Tua
lho. Jakarta itu panas gila ya? Makanya kemarin gua berenang, pengen-nya sih
bareng cewek-cewek pake bikini. Disini ada yg pake bikini gak?”. Sambil lalu
memberikan bungkusan plastik kepada Hyde,
Lalu Hyde langsung membukanya dan
ternyata isinya adalah wayang golek, suling bambu, dan miniatur gamelan. Hyde pun sempat mencoba memainkan wayang
golek dan suling bambu tersebut.
Konser pun berlanjut, sorotan
lampu pun makin menggila. Penonton juga tak henti-hentinya bernyanyi mengikuti
lirik lagu yg dimainkan. Saat Hyde
dan personel lainnya hendak beristirahat sejenak lampu panggung dimatikan,
namun penonton kompak menyanyikan lagu “Anata”
yg membuat personel band Laruku kaget dan kemudian lampu panggung dan layar LED kembali menyala sehingga
melanjutkan konser tersebut untuk membawakan lagu tersebut diiringi dengan
turunnya gerimis. Pertunjukkan berakhir sekitar pukul 22.10 WIB.
Fanatisme tak pernah usai,
sedangkan durasi konser ada batasnya. Di penghujung penampilannya setelah lagu “Niji” berakhir, ada janji yg diucapkan
oleh Hyde si vokalis. “kamu senang?
Aku juga. Kami datang ke Indonesia lagi,” kata Hyde sambil memberi kiss-bye
terakhir sebelum berlari ke belakang panggung.
Penampilan
Band yg sudah mengeluarkan 13
album ini mempersiapkan betul apa yg hendak mereka pertontonkan. Di Negaranya
mereka memang tergolong sebagai band g mengedepankan tampilan, atau istilahnya visual kei. Itu terlihat dari gaya
rambut personel yg atraktif serta pakaian dan riasan Hyde dan Tetsuya yg unik.
Sedangkan Ken berpenampilan paling rock ‘n roll dibandingkan dengan yg
lain, lalu Yukihiro berpenampilan casual dengan hanya memakai kaos saja.
Layar LED beresolusi
superpadat dan semburan aneka motif dan warna mendukung semua itu. Terdapat 3
layar LED, diantaranya adalah di belakang panggung, di sebelah kanan dan kiri
panggung. Penonton di ujung paling belakang arena bisa melihat dengan jelas air
mata Hyde yg sedikit merusak riasan
matanya saat menyanyi lagu “Forbidden
Love”.
Hyde
Hyde
Hal ini yg dipertahankan
selama lebih dari 20 tahun eksistensi mereka. Pada kenyataannya, L’Arc~en~Ciel
dan kawan-kawan sesama visual kei
masih kuat menyebarkan virus gaya dan musik mereka ke belahan dunia, tak
terkecuali Indonesia. Penggemarnya tak Cuma remaja belasan tahun. Pada konser
kemarin, tampak pula para pekerja kantoran dengan pantalon, dan juga blazer, di
antara penonton yg berdandan Harajuku style.